MANAberita.com — BEBERAPA waktu lalu, Syahrini sempat menghebohkan publik karena menjual tiket konser seharga 25 juta. Konser yang bertajuk ’10 Tahun Jambul Khatulistiwa’ ini pun disebut-sebut sebagai tiket termahal dan hampir sama seperti tiket Celine Dion.
Menanggapi hal tersebut, Tompi serta Gled Fredly turut memberikan komentar. Melansir Banjarmasin Post Tribun, keduanya menyebut nama Syahrini saat mewawancarai Putri Keraton Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu Hayu (GKR Hayu).
Glenn Fredly dan Tompi mewawancarai Putri Keraton Yogyakarta di acara mereka yang ditayangkan di di akun youtube Nara-Z dengan judul ‘Tompi & Glenn Part 1 – Blak-blakan dengan Putri Sultan Jogja’.
Di awal acara, Glenn Fredly sempat bertanya sebaiknya memanggil GKR Hayu dengan Gusti atau panggilan yang lain.
Namun GKR Hayu memilih dipanggil ‘mba’ saja, sebab panggilan Gusti hanya diwajibkan bagi abdi dalem Keraton Yogyakarta.
“Saya nggak nyaman dipanggil Gusti. Eh sebenernya sih ada sedikit persepsi orang kita di dalem itu seperti cinderella. Sebenernya nggak juga sih, kita sebenernya kita hidup normal kok. I guess, di luar juga. Karena kadang aku malah risih kalo orang apa istilahnya malah jadi segan dan sebagainya itu. Akunya sendiri malah jadi nggak enak,” ujar GKR Hayu.
Makanya dia tak mau dipanggil Gusti saat berjalan di luar Keraton Yogyakarta.
“Nah itu dia kalau panggilnya Gusti orang tahu jadinya. Kalau panggilnya mba aja sih biasanya nggak terlalu familiar ini mukanya kalau di Jogja,” ujar GKR Hayu lalu terbahak
Tompi pun menimpali dengan melucu.
“Karena jarang muncul di infotainment. Kalau Syahrini kan sering muncul di infotainment,” ujar Tompi.
Mendengar Tompi menyebut Syahrini, Glenn Fredly pun melanjutkan percakapan itu.
“Oh kalau dia (Syahrini) lain lah, dia itu menganggap diri sebagai princess. Kalau ini kan (memang putri),” timpal Glenn Fredly.
Tompi pun menimpalinya lagi.
“Kalau Syahrini ingin hidup sebagai cinderella. Kalau beliau (GKR Hayu) malah nggak mau jadi cinderella,” ujar Tompi.
GKR Hayu memang mengaku kerap menyembunyikan identitasnya. Misalnya saat jalan keluar dari Keraton Yogyakarta pun dia hanya ingin dipanggil dengan ‘mba’.
Bahkan saat sekolah di luar negeri, tak satupun rekannya tahu bahwa GKR Hayu adalah Puteri Keraton Yogyakarta.