MANAberita.com — MENDIDIK anak memang membutuhkan kesabaran, terutama saat ia berbuat nakal. Tidak jarang orangtua mendisiplinkan anak dengan hukuman fisik, seperti memukul pantat anak. Namun, apakah ini hal yang wajar? Apa dampaknya jika orangtua sering memukul bokong anak?
Bolehkah memukul pantat anak?
Hukuman fisik sepertinya sudah turun-temurun dipraktikkan oleh banyak orangtua untuk mendisiplinkan anak.
Mulai dari menjewer telinga hingga memukul bokong anak. Lauren M. O’Donnell, PsyD, seorang psikolog anak di Kids Health menuturkan pendapatnya mengenai hal ini.
Menurutnya, mendisiplinkan anak dengan memukul bokong anak bukanlah tindakan yang efektif. Studi yang dilakukan oleh American Academy of Pediatric (APA) pun menunjukkan hal yang sama.
Alih-alih membuat anak merasa jera dengan kenakalannya, memberi hukuman fisik, seperti pukulan, malah akan berdampak negatif pada kehidupan anak.
Tidak hanya kesehatan fisik, tapi juga kondisi kejiwaan anak ketika ia bertambah dewasa.
Bukan hanya itu, semakin sering orangtua melakukan pemukulan, tingkat hukuman akan semakin bertambah parah. Akibatnya, tindakan ini bisa berujung pada kasus kekerasan pada anak.
Dampak negatif jika ortu suka memukul pantat anak
Sebagian besar orangtua mungkin setuju bahwa memberi pukulan bukanlah tindakan yang tepat untuk mendisiplinkan anak.
Namun, ada pula yang masih menerapkan cara ini dengan harapan anak menjadi lebih baik.
Padahal, memukul pantat anak bukanlah tindakan yang efektif untuk mendisiplinkan anak ketika berbuat salah. Pasalnya, ada banyak dampak negatif yang mungkin terjadi pada anak jika ia sering dipukul bokongnya, seperti:
- Mengajarkan anak untuk berperilaku demikian
Ingat pepatah, “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”? Ya, pepatah ini bisa menggambarkan bagaimana efek pengasuhan orangtua akan berdampak pada kehidupan anak kelak.
Bila orangtua sering memberi hukuman fisik, seperti menampar atau memukul anak, kelak sang anak juga akan berlaku demikian di masa depan.
- Anak menjadi lebih agresif
Anak-anak yang sering mendapatkan hukuman dengan dipukul pantatnya, cenderung mengembangkan sikap yang agresif.
Misalnya, ketika merasa marah, sedih, merasa kesal, dan tidak puas, ia bisa saja memukul teman atau orang lain yang berada di sekitarnya untuk melampiaskan emosinya.
Selain menjadi lebih agresif, anak-anak yang dibesarkan dengan penerapan hukuman fisik lebih rentan mengalami masalah kejiwaan di kemudian hari.
- Mengecilkan hati dan pikiran anak
Memukul pantat anak disertai ucapan kasar yang penuh amarah, tidak hanya membuat anak menjadi sedih. Apalagi jika tindakan ini dilakukan di depan teman atau orang lain.
Anak akan merasa kecil, minder, takut untuk berbuat sesuatu, dan kesulitan untuk bersosialisasi dengan orang lain kelak.
Tindakan ini juga bisa membentuk persepsi bahwa orangtua adalah sesuatu yang perlu ditakuti, bukan dihormati. Anda tentu tidak ingin, si kecil menganggap Anda demikian, bukan?
- Memperburuk hubungan Anda dengan anak
Selain membuat anak kecil hati, tindakan memukul bokong anak juga bisa membuat anak semakin membangkang. Anak yang merasa kesakitan ketika dipukul tentu tidak akan menerima diperlakukan demikian.
Akibatnya, sang anak bisa jadi berusaha melawan dengan tindakan atau ucapannya.
Bukannya menjadi solusi, memukul bokong anak bisa memperkeruh suasana. Jika terus dilakukan, hubungan yang terjalin antara anak dengan Anda tentu tidak akan berjalan dengan baik.
Dibanding memukul pantat anak, mungkin hal ini lebih baik
Memukul bokong anak bukanlah satu-satunya cara untuk mendisiplinkannya. Anda bisa menerapkan cara lainnya, seperti metode time out. Metode ini akan membantu menenangkan emosi Anda yang tengah marah dan memberikan waktu bagi anak untuk menyadari serta menyesali kesalahannya.
Caranya, mintalah anak untuk masuk ke kamar dan merenungi kesalahannya. Ambil mainan ataupun gadget yang mungkin bisa ia mainkan di dalam kamar.
Biarkan keadaan itu selama kurang dari satu jam. Setelahnya, Anda bisa minta anak untuk mengakui kesalahan, meminta maaf, dan berjanji untuk tidak mengulangi kesalahannya lagi.
Bisa juga dengan memberikan hukuman lain yang lebih bermanfaat. Contohnya, jika anak mencoret dinding dan mengotori kamarnya, Anda bisa menghukum untuk membersihkan kamarnya sendiri.
Dengan begitu, anak akan belajar untuk mempertanggungjawabkan kesalahannya dan tidak akan mengulanginya lagi. (Ila)
(Sumber: Kabartangsel.com)