MANAberita.com — JIKA bertandang ke Palembang, wisatawan pasti akan mengunjungi ikon kota pempek itu, yakni Jembatan Ampera. Namun, tak banyak yang tahu jika di bawah ampera, tepatnya sungai Musi menyimpan misteri legenda antu banyu.
Antu banyu diambil dari kata palembang yang memiliki arti hantu air. Konon katanya, ia memiliki wujud wanita hingga pinggang, dan bagian bawahnya berbentuk layaknya ular.
Menurut legenda, asal usul Antu Banyu bermula dari sebuah kerajaan berjaya yang tiba-tiba terkena musibah. Putra mahkota dari kerajaan tersebut mengalami penyakit kulit, yakni gatal-gatal di sekujur tubuhnya.
Penyakit tersebut membuat badannya berbau anyir dan amis. Kejadian ini sontak membuat semua penghuni kerajaan menjadi prihatin, terutama sang raja. Berbagai cara dan usaha ditempuh sang ayah demi kesembuhan putranya. Namun, tak kunjung membuahkan hasil.
Singkat cerita, salah satu penasihat raja mengaku mendapat wangsit yang mengatakan bahwa putra raja terkena kutukan dan hanya dapat disembuhkan dengan satu cara, yakni menikahkannya dengan seorang wanita yang terlahir dalam keadaan terbungkus tembuni/ari-ari.
Mendengar itu, sang raja memerintahkan kepada seluruh abdi dan rakyat kerajaan agar mencari seorang wanita yang dulunya terlahir dalam keadaan terbungkus tembuni/ari-ari untuk dijodohkan dengan putranya.
Kabar itu pun menyebar luas di seluruh pelosok kerajaan dan terdengar hingga ke beberapa kerajaan tetangga.
Tak disangka, salah satu raja dari kerajaan lain bersedia menjodohkan putrinya yang dulu terlahir dalam keadaan terbungkus dengan putra mahkota.
Sayangnya, raja tersebut ternyata punya maksud lain dalam perjodohan putrinya, yaitu kekuasaan. Sang putri pun menolak dijodohkan dengan pria yang bukan pilihannya. Terlebih, pria tersebut mengidap penyakit aneh dan misterius.
Namun, pada akhirnya, ia terpaksa menerima keputusan ayahandanya, meskipun di dalam hati ia merasa sangat sedih dan kecewa.
Singkat cerita, pernikahan pun dilaksanakan agar putra raja yang mengalami kutukan segera sembuh dari penyakitnya. Setelah pernikahan usai, sang mempelai wanita langsung diboyong menuju kerajaan sang suami menggunakan tandu.
Kedua mempelai berada di dalam tandu yang dipikul oleh puluhan abdi kerajaan tersebut. Namun, sang putri merasa tak tahan dengan bau anyir dan amis sang suami.
Ketika rombongan tiba di sebuah sungai untuk menyeberang melalui jembatan bambu (sesek), sang putri merasa mual dan muntah-muntah karena bau amis dari penyakit kulit sang suami.
Karena didorong perasaan tersiksa dan tertekan, sang putri pun memutuskan untuk keluar dari tandu dan menceburkan dirinya ke dalam aliran sungai yang deras.
Seluruh pengawal dan prajurit kerajaan pun berusaha mencari sang putri. Namun, tidak membuahkan hasil. Konon katanya, putri tersebut menjadi Antu Banyu.
Kehadiran antu banyu sendiri memiliki tanda-tanda yanh bisa dirasakan, yakni: lendir yang licin, bau amis, perubahan suhu air hingga banyaknya ikan di waktu magrib.
Jika ada rumah masyarakat yang berada di tepi sungai dan terdapat lendir di bagian tangga ataupun kayu yang menghadap ke sungai, itulah tandanya antu banyu pernah singgah disana.
Masyarakat Palembang percaya, antu banyu kerap muncul dan mencari tumbal pada pukul 12.00 siang hingga adzan dzuhur, jelang magrib dan malam hari.
Antu banyu selalu memakan korban setiap tahunnya yang diduga disedot darahnya melalui ubun-ubun. Anehnya, para korban antu banyu selalu ditemukan dalam keadaan ada lubang di ubun-ubunnya.
Sedikit deskripsi dari seorang anak indigo, antu banyu memiliki rambut yang sangat panjang, bahkan melebihi dari panjang tubuhnya dan berlendir. Tak memiliki leher, dan memiliki mulut lancip.
Hantu ini memiliki tipu daya untuk menjerat korbannya agar mau masuk ke dalam air. Beberapa ada yang memang ditarik ketika sedang mandi, tapi ada pula yang ‘dipanggil’. Caranya, ia biasanya akan menyerupai wujud dari keluarga hingga teman korban dan mengajaknya mandi ke sungai. Korban baru akan ditemukan dua hingga tiga hari kedepan di tempat pertama ia hilang.
Beberapa orang percaya jika antu banyu juga bisa mencari mangsa ke daratan ketika air sungai sedang meluap. Di sebuah kampung Seberang Ulu I, seorang wanita sempat ditarik kakinya oleh antu banyu ketika rumahnya sedang kebanjiran. Padahal, saat itu air hanya setinggi lutut.
MANAberita akan membahas pengakuan korban yang selamat dari jeratan antu banyu pada artikel selanjutnya. Stay wait! (Dil)