Yuk, Kurangi “Marah-Marah” Pada Anak

  • Senin, 10 Desember 2018 - 23:32 WIB
  • Lifestyle
Ilustrasi
Ilustrasi

MANAberita.com — JANGAN dibuang-buang makanannya, Dek!”

“Adek kalau mau pipis tuh bilang, jangan ngompol aja bisanya!”

“Ayo Cepat! Mama udah terlambat kerja nih!”

Berdua dengan anak di rumah bisa terasa seperti di medan perang ya Parents? Teriak sana, teriak sini, bentak-bentak, marah-marah, semua emosi diluapkan pada anak. Padahal kadang Anda tahu benar, bukan anak yang salah.

Tapi, mau bagaimana lagi, biasanya emosi datang terlebih dahulu daripada akal sehat. Sudah jadi naluri manusia untuk menyalahkan orang lain terlebih dahulu daripada introspeksi diri sendiri. Akibatnya, anak sering dijadikan sebagai tersangka utama.

Tidak ada orang tua yang ingin selalu marah-marah pada anak. Kebanyakan orang tua justru sedang mencari cara agar tidak mudah marah-marah pada anak, senyebelin apapun mereka.

Sedangkan ada orang tua yang justru merasa takut, bahwa sifat pemarahnya itu bisa berdampak buruk pada anak. Ibu Disma misalnya, beberapa pekan yang lalu Ia bertanya pada School of Parenting bagaimana cara mengatur emosi pada anak.

Pertanyaan ini sepertinya telah mewakili pertanyaan dari kebanyakan Parents di luar sana. Untuk itu, tidak ada salahnya jika kita menilik kembali tentang bagaimana mengurangi “marah-marah” pada anak. Beberapa langkah berikut ini bisa Anda gunakan untuk mengurangi emosi pada anak lho.

Atur Napas

Langkah yang cukup mudah untuk dilakukan saat emosi Anda naik adalah dengan mengatur napas. Lakukan pernapasan dengan perlahan dan rasakan tiap hembusan napas Anda. cobalah untuk menarik napas dalam-dalam dan rasakan seolah-olah udara masuk mendinginkan dada.

Menurut Veronica Sri Utami, S.Psi.,M.Kom pada School of Parenting, cara seperti ini cukup baik dilakukan karena perlahan akan membuat seseorang merasa tenang. Akhirnya seseorang tersebut akan mengurungkan niatnya untuk marah-marah. Nah, saat sudah tenang Anda baru bisa berbicara pada anak dengan lebih baik.

Baca Juga:
Surya Darmadi Ditahan di Rutan Salemba usai Diperiksa Kejagung

Melepaskan

Saat emosi Anda naik karena hal apapun, usahakan untuk mulai memisahkan pikiran dari kondisi sekitar. Misalnya pisahkan pikiran Anda dari lingkungan yang sibuk, ramai, membuat pusing, memicu kemarahan dan lain sebagainya.

Temukan Masalahnya

Anda perlu menemukan alasan yang bisa memicu kemarahan. Misalnya jika Anda sering emosi pada anak. Mulailah mengobservasi hal apa saja yang bisa memicu kemarahan Anda. beberapa hal yang mungkin bisa memicu kemarahan orang tua adalah anak yang rewel saat Anda hendak berangkat kerja, bisa juga Anda emosi karena anak sering ngompol padahal sudah dilatih potty training. Nah, jika sudah menemukan alasan kemarahan, cobalah untuk menerima dan ubah cara pandang Anda.

Baca Juga:
Ini 5 Alasan Wanita Beri Harapan Tapi Nyatanya Cuma PHP

Ubah Pola Pikir

Setelah menemukan alasan dibalik kemarahan Anda pada anak selama ini, mulailah untuk mengatasinya dengan mengubah pola pikir. Misalnya saat anak selalu rewel dan terkesan tidak mau ditinggal kerja, mungkin anak memang masih sangat rindu pada Anda. Untuk itu usahakan untuk menambah jumlah quality time bersama dengan anak. Dengan begitu Anda akan sedikit demi sedikit merubah kebiasaan “marah-marah” pada si kecil.

Lakukan Terus Menerus

Nah, jika Anda mulai bisa mengatur emosi dan mulai mengurangi “marah-marah” pada anak, maka lakukanlah terus menerus. Dengan melakukannya terus menerus maka Anda akan terbebas dari amarah pada anak. Tak hanya itu, saat Anda mulai menemukan masalah sebenarnya, secara tidak langsung Anda mulai mengetahui kebutuhan anak dan mulai peka terhadap perkembangan anak.

Baca Juga:
Benarkah Memelihara Kucing Bisa Menyebabkan Susah Hamil? Ini Penjelasan Dokter

Sabar

Walaupun Anda sudah mengatur emosi berkali-kali, ada saja hal baru dari anak yang membuat semakin emosi. Untuk itu, tidak ada cara lain, selain sabar. Kesabaran memang inti dari langkah mengatur emosi pada diri sendiri. Kesabaran memang ada batasnya, namun jika kesabaran terus dilatih, maka batas dari kesabaran akan semakin luas. Sehingga jika pada awalnya Anda hanya bisa sabar saat anak rewel tapi tidak menangis. Dengan latihan kesabaran secara terus menerus, maka sekarang Anda pun bisa sabar saat anak mulai menangis.

Mengurangi “marah-marah” pada anak memang penting dilakukan karena kemarahan yang diluapkan pada anak sebenarnya akan menyakiti sisi psikologis anak. Tentunya Anda tidak ingin kan menjadi toxic parents, dan menyiksa anak secara mental? Untuk itu, mulailah melatih kesabaran dan mengurangi “marah-marah” pada anak dari sekarang. (Zee)

(Sumber: Schoolofparenting)

Komentar

Terbaru