Korban dibunuh suami
MANAberita.com – PERMASALAHAN cek-cok dalam rumah tangga masih kerap ditemui di tengah masyarakat.
Hal tersebut biasanya dipicu karena adanya ketidakakuran antara pasangan suami istri dalam keluarga.
Bahkan tak jarang diberitakan kasus semacam ini berakhir justru dengan sebuah tindakan kriminal.
Seperti peristiwa pembunuhan tragis pada Senin (12/2/2018) yang akhirnya menewaskan satu keluarga, yakni istri dan kedua anak tiri pelaku ditengarai persoalan jual-beli mobil.
“Jadi sementara, menurut pengakuan pelaku dirinya membunuh keluarganya karena motif kesal pada sang istri, lantaran selama beberapa waktu belakangan Ema sering meminjam-sewakan mobil kepada saudaranya tanpa meminta izin terlebih dahulu. Akhirnya saat tiga hari sebelum pembunuhan itu terjadi, Effendi dan Ema mulai sering terlibat cekcok mulut,” ujar Kapolsek Jatiuwung, Kompol Eliantoro, melansir Gridhot.
Puncaknya pada Senin (12/02) dini hari lalu, Effendi yang baru saja adu mulut dengan sang istri, Titin Suhemah (46), akhirnya dirundung amarah yang memuncak.
Ia pun pergi ke dapur mengambil pisau lalu menghampiri Ema yang sudah tertidur di kamar, kemudian menusuknya beberapa kali di bagian perut hingga tewas.
Mendengar keributan itu, si bungsu, Mutiara terbangun dari tidur dan langsung menghampiri sumber keributan.
Namun, lantaran perbuatannya ini takut diketahui Mutiara, Effendi pun kalap.
Dia langsung menusuk Mutiara sebanyak enam kali di bagian perut dan sekali di bagian leher hingga tewas.
Nova yang akhirnya juga terbangun dari tidur akhirnya menghampiri sumber keributan yang berada di kamar ibundanya.
Namun sayang, sekali lagi Effendi takut jika permbunuhannya ini diketahui orang lain.
Dalam keadaan ketakutan bercampur emosi dirinya pun ikut menusuk tubuh Nova hingga tewas.
Untuk menghilangkan jejak atas perbuatannya, akhirnya Effendi pun melakukan percobaan bunuh diri dengan cara menusukkan pisau itu ke perutnya.
Namun, Tuhan berkata lain.
Percobaannya gagal meski beberapa tusukan pisau sudah menancap di perutnya.
Effendi masih ditakdirkan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya ini di depan hukum dan harus mengakui kesalahannya. (Ila)
