Manaberita.com – KAMIS, ratusan mahasiswa Prancis menduduki atau memblokir gedung-gedung di Sorbonne, Paris dan sekolah-sekolah lain untuk mengungkapkan kemarahan mereka atas pemilihan presiden Prancis.
Dilansir ABC, mereka menentang kedua kandidat yang berhasil lolos ke pemilihan presiden 24 April, petahana tengah Emmanuel Macron dan sayap kanan Marine Le Pen, khawatir keduanya tidak akan berbuat cukup untuk melindungi orang miskin ataupun lingkungan.
Siswa membagikan selebaran dari jendela ke Sorbonne yang terkenal di dunia dan meneriakkan “kita semua anti-fasis,” dan pada satu titik polisi menembakkan gas air mata ketika mereka berusaha mencegah siswa lain datang. Sebuah spanduk tergantung di luar bertuliskan “Sorbonne diduduki melawan Macron, Le Pen dan dunia mereka.”
Di institut ilmu politik bergengsi Sciences-Po, mahasiswa sayap kiri membarikade pintu masuk utama dengan tong sampah dan spanduk. Sebuah kelompok mahasiswa sayap kanan memposting video yang menunjukkan para pemuda berusaha membersihkan barikade dengan membuang tempat sampah dengan kasar.
Polisi Paris melaporkan beberapa aksi dan insiden tersebar di berbagai universitas Kamis.
Para pengunjuk rasa termasuk banyak anak muda yang memilih kandidat sayap kiri Jean-Luc Melenchon, yang finis hanya satu poin persentase di belakang Le Pen dalam pemilihan presiden putaran pertama Prancis pada Minggu tetapi tidak lolos ke putaran kedua. Macron memimpin dalam jajak pendapat menjelang putaran kedua, tetapi Le Pen sangat dekat di belakang dan pemilih Melenchon akan menentukan.
Banyak pemilih Prancis di sayap kiri melihat Le Pen berbahaya karena janjinya untuk memangkas imigrasi, memperkuat kepolisian, dan membatasi praktik keagamaan Muslim; dan mereka melihat Macron sebagai “presiden orang kaya” yang telah menyimpang terlalu jauh ke kanan, terutama karena kebijakannya yang pro-bisnis.
Di Sorbonne, seorang siswa yang hanya menyebut namanya sebagai Lola berkata: “Kami mencoba Emmanuel Macron dan kami tidak menyukainya, dan Le Pen berkuasa — kami bahkan tidak ingin mencobanya, itu adalah kemungkinan yang menjijikkan. ”
“Karena kaum muda peduli dengan isu-isu lingkungan, dengan isu-isu sosial, dengan isu-isu antirasis, feminis dan LGBTQ, sangat perlu untuk memiliki seorang kandidat untuk mewakili kami,” kata mahasiswa Sciences-Po Gabriel Vergnes.
“Kami sekarang memiliki putaran kedua dengan hanya dua kandidat sayap kanan yang merupakan musuh para pekerja dan kaum muda, dan kami tidak dapat menerimanya, kami tidak dapat menerima lima tahun lagi penghematan dan polusi.”
[Bil]