MANAberita.com — KETIKA tsunami menerjang Aceh 14 tahun lalu, Jerman dan Eropa masih tidur lelap dalam suasana Natal. Aksi solidaritas di seluruh Jerman kemudian berhasil menggalang dana bantuan lebih dari 600 juta Euro.
“Saat Tsunami menggulung Aceh pukul tujuh pagi, orang-orang di Jerman masih terlelap dalam tidurnya dibalut kedamaian menjelang Natal,” kata Duta Besar Jerman Georg Witschel seperti dikutip Sriwijaya Post.
Ahli geologi menyebut tsunami 2004 sebagai “gempa monster”. Guncangan gempa berlangsung lebih lama dari biasanya. Disusul gunungan ombak yang menerjang pantai dengan kecepatan sangat tinggi.
Gelombang Tsunami Desember 2004 dicatat sebagai bencana alam terparah selama sejarah modern. “Sebuah peristiwa dengan dimensi tak terbayangkan, ditinjau dari aspek jumlah korban, maupun dari aspek geologis”, tulis National Science Foundation (NSF), salah satu lembaga ilmiah paling bergengsi di Amerika Serikat.
Tsunami tahun 2004 menewaskan lebih dari 230.000 korban di 14 negara, terutama di Asia Tenggara. Korban tewas berasal dari berbagai negara, termasuk banyak turis dari Eropa yang sedang berlibur di Asia. Sekitar 540 warga Jerman yang dilaporkan tewas.
Tragedi terburuk dialami Indonesia, dengan lebih dari 130.000 orang yang dinyatakan tewas. Tapi dengan jumlah orang yang masih dinyatakan hilang, korban seluruhnya di Indonesia dipekirakan mencapai 170.000 orang. Lebih setengah juta orang menjadi pengungsi.
Tapi disini kita tidak berbicara mengenai bencana tsunami yang meninggalkan luka yang begitu mendalam bangsa Indonesia . Kita akan berbicara mengenai sosok yang menginspirasi dibalik sebuah film yang diangkat dari kisah nyata tentang seorang anak bernama Delisa yang menjadi saksi hidup bagaimana mengerikannya Tsunami yang melanda Aceh di Tahun 2014 tersebut.
Kisah hidup delisa difilmkan oleh sebuah perusahaan film Starvision , yang dirilis pada 22 Desember 2011 yang disutradarai oleh Sony Gaokasak dan sering diputar oleh beberapa stasiun Televisi tanah air yang diangkat dari Novel laris karya Tere Liye dengan judul yang sama dibintangi oleh artis berdarah Austria Chantiq Schageri sebagai Delisa bersama Reza rahadian Abi Usman dan Nirina Zubir sebagai Umi Salamah dan beberapa artis lainnya.
Diangkat dari kisah nyata, inilah sebenarnya si sosok Delisa Asli .
Delisa bukan Tokoh Fiktif, ataupun tokoh rekaan sang penulis novel Tere Liye. Delisa bernama lengkap Delisa Fitri Rahmadani, ia biasa dipanggil Delisa. Salah satu korban tsunami yang kakinya telah diamputasi.
Delisa lahir di Ulee Lheue Banda Aceh, 15 Desember 1997 silam. Saat itu katanya ia masih berusia 8 tahun lebih 15 hari. Ia masih duduk di kelas 2 MIN Ulee Lheue Banda Aceh. Saat musibah tersebut ia kehilangan ibunya Salamah, dan juga ketiga saudara kandungnya. Ia juga kehilangan anggota tubuhnya, yaitu kaki sebelah kanannya yang harus diamputasi.
“Waktu itu kaki saya sudah membusuk. Telapak kaki sudah terkikis dan nampak tulangnya. Selama tiga hari setelah tsunami kaki saya hanya diberi betadine saja. Perihpun sangat luar biasa, melihat kondisi saya yang speerti itu, salah satu relawan mengatakan bahwa ada dokter dari Australia di Rumah Sakit Fakinah.
Relawan itu juga bilang kamu harus terima apapun nanti hasilnya, saya pun siap dioperasi pada hari kelima,” ujarnya di atas panggung.
Kini Delisa menjalani hari-harinya dengan bantuan tongkat dan kaki palsu. Ia tinggal bersama ayahnya Bakhtiar, dan seorang abangnya yang selamat.
Delisa adalah remaja yang penuh semangat dan energik, saat masih SMP ia juga pernah mendapat juara umum. Gadis itu juga pandai memainkan alat musik keyboard.
“Saya berterima kasih kepada Allah yang telah mengambil kaki saya, di luar sana banyak Delisa-Delisa lain yang mungkin lebih dari saya,” ujarnya.
Kelak Delisa ingin menjadi pemain musik dan pengarang buku. Ia juga ingin membuat komunitas untuk anak-anak cacat. (Ila)
(Sumber: Sriwijaya Post)